Kalender

Rabu, 29 Oktober 2014

BERAGAM PERTANYAAN TENTANG FILSAFSAT

Terinspirasi oleh Perkuliahan Mata Kuliah Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA, Hari Kamis, 16 Oktober 2014, Jam 09.30-11.10, Ruang 201A Gedung Lama, Kelas S2 P.Mat B, Pertemuan Ke 5

Pertanyaan 1:
Apakah semua hal yang kita pikirkan atau kita latih harus kita reflesikan?
Jawaban 1:
Satu sifat itu meliputi dimensi yang ada dan yang mungkin ada jika diintensifkan atau diperdalam. Padahal sifat kita jika di intensifkan meliputi yang ada dan yang mungkin ada, kita tidak mampu menyebut semua sifat yang kita miliki. Misal bernafas, bernafas 1, 2, 3, …,n kita tidak bisa menghitung atau bagaimana kita bernafas. Apalah daya pikiran kita tidak mampu membuka semua pikiran, seperti yang di akui oleh Socartes “aku tidak mengerti apapun”. Kalau semua yang kita pikirkan di reflesikan kita harus tahu dimana dan dengan siapa kita akan mereflesikan, direflesikan terhadap yang ada dan yang mungkin ada. Refleksi itu harus sesuai dengan ruang dan waktu yaitu sopan dan santun terhadap ruang dan waktu.
Pertanyaan 2:
Kenapa tingkat teratas itu hati dan apakah  ada batasan pada hati kita?
Jawaban 2:
Kita bisa menaruh apa saja di bagian paling atas, tetapi di Indonesia sesuai dengan Pancasila yang paling atas adalah spiritual.
Pertanyaan 3:
Apa bedanya egois, mandiri dan pribadi?
Jawaban 4:
Pertanyaan ini mengarah ke ranah ilmu bidang, filsafat itu berbeda dengan psikologi, kalau psikologi ada filsafat dengan ditambah dengan perlakuan. Jadi manusia di bekali 2 potensi yaitu potensi fatal dan potensi vital. Potensi fatal itu mengikuti suratan takdir dan suratan takdir itu dipengaruhi oleh ikhtiarnya. Contoh potensi, kita dilahirkan sebagai wanita maka itu adalah takdir kita sebagai wanita takdir berikutnya yaitu ikhtiar yaitu 20 tahun yang akan datang kita bisa membayangkan sebagai ibu rumah tangga. Itulah pentingnya berfilsafat untuk mengetahui yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan kemampuan kita karena tidak ada manusia yang bisa mengetahui semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka sebenar-benar manusia adalah manusia yang sempurna yang di ciptakan oleh Allah tetapi dalam ketidaksempurnaannya.
Pertanyaan 5:
Filsafat ditulis dalam keadaan jernih, ketika pikiran kacau apakah kita boleh berfilsafat?
Jawaban 5:
Ketika pikiran kacau berhentilah untuk berpikir ambillah air wudhu dan sholat kemudian berdo’a, memohon ampun, dan memohon petunjuk kepada Allah. Sekacau-kacau pikiran adalah awal dari ilmu tetapi jangan biarkan hati itu kacau karena kacaunya hati itu godaan dari syaitan. Sehebat-hebat kekacauan pikirmu itu perlu disyukuri karena kita berarti sedang berpikir. Karena pikiran hati jadi kacau berhenti membaca elegi dan lakukan refreshing. Itulah kenapa spiritualitas di taruh dipaling tinggi.
Pertanyaan 6:
Bagaimana ikhlas itu?
Jawaban 6:
Keikhlasan itu mencapai ranah spiritual. Keikhlasan itu masuk ranah hati. Sehebat-hebatnya dayaku apalah daya untuk mengetahui semua relung hatiku.
Pertanyaan 7:
Bagaimana menggapai pikiran dan hati yang bersih?
Jawaban 7:
Sesuai dengan kodrat dan takdirnya, kemudian mengetahui prinsip-prinsip dan teorinya. Salah satunya adalah sehebat-hebatnya pikiran janganlah merasa hebat dari hati. Contohnya untuk mengerti Tuhan tidak semata-mata dengan menggunakan pikiran tetapi harus menggunakan hati. Ilmu dalam pikiran itu urusan dunia jika sudah ke urusan akhirat maka ada ilmu di dalam hati. Maka wahyu itu bukan diturunkan pada pikiran Nabi tetapi pada hati para Nabi. Sedangkan untuk pikiran pekerjaanmu itu tesis, sintesits dan anti tesis. Tesis itu adalah setiap ada dan yang mungkin ada, diri kita adalah tesis maka diri orang lain adalah antitesis, antara dirimu dan diriku ada apa diskusikan itulah yang disebut sintesis. Di dalam pikiran berikhtiar melakukan sintesis sesuai dengan ruang dan waktu, ruang dan waktu di batasi oleh etik dan estetika dalam kerangka hati, damai dalam hati dibingkai dengan do’a. Tidak ada manusia bisa mencapai damai dan pikiran jernih kecuali dengan pertolongan Allah.
Pertanyaan 8:
Teologi bilangan itu apa?
Jawaban 8:
Teologi bilangan itu adalah Esa, beda dengan satu, satu itu bisa anakku satu tetapi kalau esa itu Tuhanku. Itulah teologi dari bilangan. Sosial matematika hubungan antar orang, apa yang kita pikirkan itu subjektif, pikiranmu dan pikiranku belum tentu sama jika sama itu pemikiran yang objektif.
Pertanyaan 9:
Bagaimna bertanya yang baik tentang filsafat?
Jawaban 9:
Bertanya itu bukan masalah baik dan benar. Jika bertanya seperti ini kita masih berkutat pada ruang dan waktu tertentu. Kalau masalah baik dan tidaknya dalam filsafat adalah etik dan estetika yang terikat oleh ruang dan waktu. Belajar filsafat itu mengajarkan agar kita bisa bersikap sesuai dengan ruang dan waktu, sopan dan santun terhadap ruang dan waktu karena sebenar-benar ilmu adalah sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Syarat untuk mengetahui ruang dan waktu adalah dengan berusaha mengetahui yang ada dan yang mungkin ada.
Pertanyaan 10:
Yang tidak ada didunia ini ada atau tidak?
Jawaban 10:

Dunia yang berputar pada waktunya. Dunia itu isomorfis dengan pikiranmu. Pikiran kita dengan pikiran yang lain juga isomorfis. Yang tidak ada dalam pikiran itu banyak sekali meliputi ada dan yang mungkin ada.

PERKEMBANGAN FILSAFAT

Terinspirasi oleh Perkuliahan Mata Kuliah Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA, Hari Kamis, 09 Oktober 2014, Jam 09.30-11.10, Ruang 201A Gedung Lama, Kelas S2 P.Mat B, Pertemuan Ke 4


Perkembangan filsafat dan aliran-aliran ilmu dalam filsafat. Filsafat apapun termasuk filsafat ilmu itu objeknya ialah sifat atau predikat, ada dan yang mungkin ada. Ada dan yang mungkin ada itu mempunyai tak berhingga dan hibrini. Dari yang tak berhingga sifat-sifat itu maka kita bisa menentukan misalnya sifat itu berubah atau tetap. Yang ada itu satu, dua atau banyak, kalau yang ada itu satu maka melahirkan filsafat yang namanya monoisem, kalau yang ada itu dua melahirkan filsafat yang namanya dualisem, kalau yang ada banyak melahirkan filsafat yang namanya pluralisem, kalau yang ada itu tetap melahirkan filsafat yang namanya permendisem, kalau yang ada itu berubah menghasilkan yang namanya heraklotisem.
Semua mengalir dalam kehidupan sehari-hari dan posisi kita ada di kontemporer. Kita sedang berusaha mengembangkan atau belajar filsafat. Menurut Immanuel Kant “jika kita ingin memahami dunia maka kita lihat pikiran kita” karena dunia itu apa yang kita pikirkan. Pikiran itu adalah suatu yang tetap sedangkan yang berubah itu lebih banyak berada di luar pikiran. Kalau di dalam pikiran lahirlah filsafat idealisem dengan tokoh plato. Kalau diluar pikiran maka lahirlah filsafat realisem dengan tokoh aristoteles. Contoh dari tetap itu adalah sekali subjek maka akan tetap menjadi subjek, sekali symbol warnanya hitam maka akan menjiwai warna hitam, yang berubah adalah didunia ini semua mengalami perubahan hal ini terjadi karena aku tidak bisa menyebut diriku. Tetapi tetap itu aku sama dengan aku dan ini hanya terjadi didalam pikiran. Maka yang hanya bisa aku sama dengan aku adalah Allah SWT, karena aku tidak sama dengan diriku maka hidup di dunia ini adalah kontradiksi. Yang tetap bersifat analitis dan yang berubah bersifat sintetis.
 Analitis itu bersifat a priori dan identik itu bersifat a posteriori. Jadi di dalam pikiran itu memakai rasio sehingga bersifat rasionalisme dengan tokoh Rene Descartes. Rene Descartes mengatakan “Tiadalah ilmu jika tanpa rasio” dan “Tidak ada ilmu jika tidak ada pengalaman”, dan yang berubah itu pengalaman yang bersifat empirisme. Analitik itu a priori dan sintetik itu a posteriori artinya yang tetap itu analitik, matematika itu analitik bersifat konsisten sehingga melahirkan filsafat koherennisem. Ketakutan-ketakutan kita itu bersifat a priori. A posteriori itu bisa terpikirkan setelah melihat, contoh seekor kucing bergerak setelah melihat tikus. Immanuel Kant mengatakan jangan mendewa-dewakan pengalaman dan melupakan rasio.
Sintetik itu bersifat kontradiksi karena dari pengalaman dan interaksi maka diperolehlah pengetahuan, kemudian disebut pengetahuan intuisi maka melahirkan filsafat intuisionisisem. Dari intuisi berdasarkan pengalaman maka terbentuklah kategori maka lahirlah filsafat kategorisisem. Kategori itu memunculkan logika, jadi logika ada hubungannya dengan pengalaman. Filsafat itu ada pada diri kita yaitu material, formal, normative dan spiritual itu akibat ulah kita. Tetapi berbeda dengan kontemporer, secara sosiologinya yaitu archaic yaitu manusia batu jaman dahulu mulai dari makan, membuat keturunan, diatasnya tribal yaitu lebih maju dan yang dipikirkan hari ini makan apa, diatasnya itu ada tradisional belum mengenal kemajuan teknologi, di atasnya ada feudal sudah ada teknologi tapi teknologi untuk menguasai orang, di atas itu ada modern. Semua orang bisa menjadi filsafat jika mempunyai ide. Tetapi bukan ditulis sendiri melainkan ditulis oleh orang lain. Setelah modern munculah post modern dan kontemporer itu disamakan dengan post modern atau yang disebut dengan power now, dan filsafatnya meliputi kapitalisem, pragmatisem, materialisem dan hedonisem. 

Selasa, 28 Oktober 2014

Bertanya dan Menjawab Pertanyaan Bagian 2

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu, oleh Prof. Dr. Marsigit, MA, Kamis, 23 Oktober 2013, Jam 09.30-11.10 WIB, Ruang 201A Gedung Lama, Kelas S2 P.Mat B

Pertanyaan dari Nirma Dwi Febriana (14709251015) P. Mat B
  1.  Manusia di ciptakan dengan pikiran, lalu apakah pikiran yang kosong itu?
  2.  Ketika filsafat adalah diriku, kapan aku bisa menyadari filsafat yang ada dalam diriku?
  3.  Apakah rasa nyaman  itu berasal dari hati atau pikiran kita?
  4.  Jika ada kata terbatas, apakah anda percaya tentang hal yang tak terbatas?
  5. Apakah kebenaran dari kontradiksi?

Jawaban dari Muhammad Munir (14709251017) P. Mat B
  1.  Pikiran merupakan suatu komponen yang penting bagi setiap manusia. Karena tanpa ada pikiran maka manusia itu sama dengan hewan atau binatang. Setiap manusia memiliki pikiran untuk digunakan untuk memikirkan kehidupan yang dijalaninya. Karena pikiran itu berada diantara ruang dan waktu. Kita ketahui bersama bahwa pikiran itu bersifat intensif dan ekstensif. Intensif itu berpikir sedalam-dalamnya sedangkan ekstensif itu berfikir seluas-luasnya. Oleh karena itu, manusia tidak akan pernah mengalami kekosongan dalam pikirannya, kecuali dia dalam keadaan tidak sadar, seperti tidur, pingsan dan kematian.
  2. Kita hidup tidak lepas dari filsafat. Secara tidak sadar kita sudah sering menggunakan filsafat, kita makan, kita minum, kita belajar, kita bermain dan lain-lain. Itu semua menggunakan filsafat. Oleh karena itu, kamu akan tahu filsafat pada diri mu, jika dirimu merenungi mengapa dirimu bisa hidup, bisa belajar filsfat, melanjutkan S2 di UNY dan lain-lain. Itu semua sudah memiliki ruang dan waktu yang ada dan mungkin ada. itulah filsafat pada diri mu.
  3. Kita seorang islam memiliki keyakinan yaitu percaya adanya ALLAH. Oleh karena itu keyakinan itu lahir didalam hati bukan pikiran. Sehingga rasa nyaman dan tenang apa bila kita sudah melaksanakan suatu perintah dan menjauhi laranganNYA. Hati itu membutuhkan suatu hal yang bersifat material, formal, normatif dan spritual. Keempat ini merupakan satu peket dalam kehidupan yang akan dilaksanakan oleh hati. Akan tetapi material, formal dan normatif itu tidak terlalu penting didalam hati yang terpenting adalah spritua. Karena dengan spritual, kita bisa menjalani hidupa dengan tenang dan nyaman.
  4. Manusia itu memiliki sifat intensif dan ekstensif. Jadi pikiran manusia itu terbatas antara ruang dan waktu dan yang ada dan yang mungkin ada. Jadi say percaya bahwa manusia itu besifat terbatas, karena manusia itu tidak memiliki daya dan upaya untuk memikirkan suatu hal yang berada di ruang dan waktu yang berbeda. Tak terbatas,  diriku bukanlah diriku, dirimu bukanlah dirimu juga, karena ada diriku satu dan diriku dua, dirimu satu dan dirimu dua dan seterusnya. Intu mengindikasikan bahwa manusia itu juga tanpa batas, karena manusia tidak bisa bersama pada ruang dan waktu yang berbeda. Jadi manusia itu bisa dikatakan sebagai tanpa batas dan terbatas.
  5. Kontradiksi itu pasti terjadi dalam kehidupan kita, kontradiksi itu digunakan untuk membuktikan suatu hal yang terjadi dalam kehidupan sehari. Oleh karena itu, kita sangat membutuhkan kontradiksi. Karena tanpa adanya kontradiksi kita tidak bisa mengetahui suatu kebenaran. 

Tugas Bertanya & Menjawab Pertanyaan Bagian 1

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu, oleh Prof. Dr. Marsigit, MA, Kamis, 23 Oktober 2013, Jam 09.30-11.10 WIB, Ruang 201A Gedung Lama, Kelas S2 P.Mat B

Pertanyaan dari Muhammad Munir (14709251017) P. Mat B
  1. Mengapa harus ada kontradiksi?
  2.  Mengapa filsafat itu ada didalam pendidikan?
  3. Kenapa filsafat itu selalu melahirkan pertanyaan?
  4. Mengapa harus belajar filsafat?
  5.  Apa yang dimaksud dengan berubah dan tetap?

Jawaban dari Nirma Dwi Febriana (14709251015) P. Mat B
  1.  Menurut KBBI, kontradiksi adalah pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau bertentangan. Sehingga jika tidak ada kontradiksi di dunia ini maka tidak ada yang bisa dibandingkan antara hal yang satu dengan hal yang lainnya. Hanya ada baik saja, buruk saja, benar saja, salah saja dan sebagainya. Jika ada kontradiksi maka terdapat perbandingan yaitu lawannya baik itu buruk, lawannya benar itu salah dan sebagainya. Kita bisa mengatakan hal itu baik ketika kita mengetahui kontradiksi dari perbuatan itu, misalnya mencontek adalah hal yang tidak baik atau buruk, kita bisa mengatakan itu buruk karena dalam pikiran kita sudah terdapat pengetahuan bahwa hal yang baik adalah dengan mengerjakan sendiri. Hidup ini tidak akan jauh dari kontradiksi karena pikiran kita pun mengalami kontradiksi yaitu pikiran masa lalu dengan pikiran sekarang.
  2. Menurut saya, mengapa filsafat itu ada atau penting bagi dunia pendidikan. Karena dengan mempelajari filsafat seorang guru bisa mengetahui dasar-dasar dari ilmu pengetahuan yang lainnya, lebih bisa memaknai pendidikan serta lebih bisa memaknai dan memahami apa yang dibutuhkan oleh siswa. Intinya filsafat itu mempunyai peranan yang penting bagi dunia pendidikan.
  3. Dalam berfilsafat itu melahirkan pertanyaan-pertanyaan dikarenakan dengan berfilsafat akan membuat kita bisa menjadi lebih kritis dalam berpikir sehingga rasa ingin tahu dalam diri kita meningkat dan hal inilah yang membuat kita selalu memliki pertanyaan dalam filsafat. Selain itu, dalam berfilsafat ada beberapa hal atau kalimat yang kurang bisa kita pahami arti, makna ataupun maksudnya, hal ini akan membuat kita penasaran sehingga lahirlah pertanyaan-pertanyaan yang bermacam-macam.
  4. Menurut saya, kita harus belajar filsafat karena filsafat mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan kita. Meski tidak secara mudah kita menyadari manfaat tersebut. Beberapa diantaranya adalah dengan belajar filsafat kita akan mempunyai pemikiran yang lebih kritis, lebih bisa memaknai hidup, memperoleh pengetahuan yang lebih yang selama ini pengetahuan itu mungkin ada bagi kehidupan kita. Selain itu dengan belajar filsafat kita akan lebih bisa berfikir secara logis dalam menghadapi masalah di kehidupan ini.
  5.  Berubah dan tetap merupakan suatu kontradiksi, berubah dan tetap itu saling terkait. Berubah berarti tidak tetap dan tetap berarti tidak mengalami suatu perubahan. Kehidupan di dunia ini tidaklah ada yang tidak berubah atau tetap semua akan mengalami perubahan. Berubah itu tidak hanya terjadi pada sesuatu yang bernyawa saja tetapi benda mati pun ikut mengalami perubahan. Misalnya sebuah dinding yang dibangun waktu kita masih kecil dan masih ada berdiri sampai sekarang kalau dilihat dinding itu masih berdiri ditempat yang sama dan masih terlihat kokoh serta tidak mengalami perubahan bentuk. Akan tetapi jika di amati lebih seksama ternyata dinding itu mengalami perubahan yaitu kekokohannya tidak sama seperti waktu dibangun karena dinding mengalami guncangan dan pukulan sehingga akan menguranggi kokohnya dinding tersebut. Dengan hal ini bisa dilihat bahwa tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, perubahan bisa terjadi dalam hal apapun dan kapanpun, dan sesuatu yang tetap, kekal dan abadi hanya milik Allah SWT.

Rabu, 22 Oktober 2014

Bertanya dan Memahami

Terinspirasi oleh Perkuliahan Mata Kuliah Filsafat Ilmu oleh Prof Dr Marsigit MA, Hari Kamis, 02 Oktober 2014, Jam 09.30-11.10, Ruang 201A Gedung Lama, Kelas S2 P.Mat B, Pertemuan Ke 3

Pertanyaan 1:
Apakah dengan menjawab tes jawab singkat dalam perkuliahan merupakan suatu parameter bahwa kita sudah memahami materi?
Jawaban 1:
Tes jawab singkat tidak secara langsung berhubungan dengan kemampuan berfilsafat. Apalagi berhubungan langsung dengan elegi-elegi, belum tentu yang rajin membaca elegi sukses dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada tetapi ada kemungkinan secara tidak langsung berpotensi tetapi melewati perjalanan panjang yang secara tidak langsung bahkan melalui tahap-tahap metafisika setelah ada chemistry dan setelah mengetahui ada apa dibalik situasi. Secara psikologis anda akan sulit mengejar apa yang saya tanyakan. Jadi fungsi tes jawab singkat itu bermacam-macam, yaitu
  1.  Untuk silaturahim,Kalau saya tidak bertanya kapan anda kenal padahal berfilsafat itu dimulai dari membuat pertanyaan dan membuat penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan. Jadi tidak semata-mata untuk menghukum anda.
  2. Melalui pertanyaan dalam waktu singkat anda akan mengerti pikiran saya, sehingga tes jawab singkat itu untuk memicu pemahaman anda dalam berfilsafat.
  3. Untuk meluruhkan ego, agar kalian tidak sombong. Karena semua yang disertai dengan kesombongan tidak akan menghasilkan apa-apa dan dalam membaca elegy harus ikhlas, sabar, tuma’ninah.
Pertanyaan 2:
Kenapa manusia mempunyai banyak masalah dan apakah dengan berfilsafat akan menyelesaikan masalah itu?
Jawaban 2:
Kalian tidak akan punya masalah jika kalian = kalian. Selama kita di dunia ini maka kalian tidak sama dengan kalian dan aku tidak sama dengan aku, 4 tidak sama dengan 4, karena terdapat 4 yang pertama dan 4 yang kedua. Hal ini dikarenakan dunia ini terikat ruang dan waktu ada ruang 1 dan ada ruang 2. Itulah dunia ini jangankan ikhtiarnya, kodratnya manusia memang mempunyai masalah. Di dunia ini masalah itu disebut hubungan antara subjek predikat. Subjek predikat itu ada subjek=subjek dan manusia tidak akan mencapainya. Semua yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini tidak akan pernah mencapai subjek = subjek karena ada subjek 1 dan subjek 2, hanya Tuhan sang pencipta yang bisa menjadi nama Nya. Manusia hanya bisa predikat termuat dalam subjek. Predikat itu sifat, sifat terhadap subjek maupun sifat terhadap sifat yang lain, maka sifat itu menentukan sifat. Jadi subjek tidak sama dengan subjek itu sudah masalah tetapi kita bisa hidup karena masalah. Jadi masalah itu sebagian dari kehidupan maka jika menghindari masalah berarti menghindari kehidupan juga. Adanya manusia itu berikhtiar, ikhtiarnya itu supaya menempati ruang dan waktu secara proporsional, sopan dan santun.
Pertanyaan 3:
Menurut Bapak berfikir dewasa itu yang bagaimana?
Jawaban 3:
Ada 2 dimensi yang ditawarkan yaitu berfikir dan dewasa. Berfikir itu filsafat, dewasa itu psikologi dan semua itu harus sesuai dengan ruang dan waktu. Esensi dari memperhatikan siswa adalah ketika kalian memahami cara siswa belajar matematika bukan memaksa mereka. Dalam ilmu psikologi belajar yaitu di sebut learning projector dan criteria dengan masalah kedewasaan dikenal dengan teori piaget.
Pertanyaan 4:
Apakah filsuf-filsuf dalam filsafat itu mengenal gender?
Jawaban 4 :
Ada filsafat perempuan tetapi muncul di era kontemporer, catatan sejarah mengatakan demikian, tetapi kalau dipelajari dari sosioantropologi. Hal ini ada kaitannya tentang kedudukan dan peran wanita. Jangankan hubungan antara laki-laki dan perempuan, kalau zaman kerajaan tidak setiap orang bisa menuntut ilmu, tidak setiap orang mempunyai hak untuk mengerti dan mereka menganggap orang yang mempunyai ilmu itu berbahaya bisa membahayakan kekuasaannya, maka ilmu hanya dibatasi di lingkungan kerajaan. Itulah barang kali karena kedudukan wanita yang terbatas pada zaman kontemporer sudah mulai bermunculan.
Pertanyaan 5:
Apakah hubungan antara spiritual dengan formal?
Jawaban 5:
Hubungan dilihat dari grafik paling bawah material, formal, normative dan spiritual. Itu adalah salah satu contoh, tapi contoh yang strategi bahwa dunia ini terstruktur. Sebenarnya kalau diuraikan lagi sangat rinci strukturnya. Spiritual saja berjenjang dari spiritual orang awam sampai spiritual seorang kiai. Material dimulai dari pikiran dari otak yang dekat dengan pikiran sampai yang jauh di gunung. Formal itu bentuk resmi, bentuk tulisan, bentuk dokumen, aturan, formal itu aturan main. Sedangkan normatif itu filsafat yang terdiri dari hakekat, epistimologi, sumber, estetik dan estetika, maka yang ada dan yang mungkin ada meliputi semuanya yaitu menembus ruang dan waktu. Misal batu, batu itu menembus ruang dan waktu. Meskipun batu itu diam tetapi batu berjalan dari waktu yaitu dari zaman kemerdekaan ke zaman sekarang. Struktur yang dibuat itu hirarki, jadi setiap yang ada dan yang mungkin ada bisa ditarik ke atas atau ke bawah dalam usaha untuk menembus ruang dan waktu. Contoh lainnya ibadah itu secara spiritualnya, normatifnya seberapa jauh kita paham terhadap ibadah, formalnya itu dokumen-dokumen atau tulisan yang kaitannya dengan ibadah dan materialnya yaitu gedung yang digunakan untuk ibadah. Formal itu mengandung unsur hukum, maka sebenar-benarnya hidup adalah menembus ruang dan waktu.
Pertanyaan 6:
Bagaimana cara hidup bahagia sesuai dengan ruang dan waktu?
Jawaban 6:
Bahagia itu etik dan estetika, tergantung konsep.kalau di barat filsafat mencari kebahagiaan itu adalah ketika mereka mencari kebijakan atau ilmu. Orang barat bahagia jika sudah mencari ilmu. Budaya timur ruangnya mencari kesempurnaan adalah dengan spiritual. Jadi bahagia orang barat dan timur beda. Di Indonesia itu bahagia diperoleh dengan hidup harmoni, harmoni sesuai dengan ruang dan waktu. Harmoni itu keselarasan antara unsur satu dengan unsur lain.
Pertanyaan 7:
Apakah beda dari intuisi dan insting?
Jawaban 7:
Intuisi itu tingkatan paling dasar dari insting. Intuisi itu meliputi ada dan yang mungkin ada, tapi dari sekian banyak yaitu intuisi ruang dan waktu. Bagi binatang yang mempunyai insting belum tentu mempunyai intuisi ruang dan waktu sebaik manusia. Insting itu adalah bawaan, contoh monyet tetap mempunyai anak meski tidak di program. Insting mempunyai keterbatasan. Intuisi itu lahirnya dalam interaksi atau pergaulan dimana saja. Ada handphone lalu dicorat-coret secara tidak langsung kita akan mengatakan hal itu buruk. Kita bisa mengatakan hal itu buruk secara cepat itu dikarenakan pengalaman. Itulah pengalaman yang terkategorisasi dan bisa membuat kita berfikir.
Pertanyaan 8:
Bagaimana pendapat Bapak tentang prespektif dari do’a?
Jawaban 8:
Peran pikiran terhadap do’a yaitu seberapa jauh kita berfilsafat tentang spiritual (do’a). memahami spiritual itu berdasarkan pengalaman. Pengalaman terakumulasi dengan pengetahuan dan bergaul sehingga dapat disimpulkan kita mempunyai keterbatasan. Pikiran tidak mampu memaknai semua do’a, hanya mampu berikhtiar sampai taraf tertentu dan harus berhenti sampai taraf tertentu. Do’a poada akhirnya sendiri-sendiri atau secara pribadi tidak semua aspek do’a bisa dipikirkan apalagi dikatakan.

Rabu, 01 Oktober 2014

Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu, Oleh Prof. Dr. Marsigit, MA, Kuliah yang ke 2, Kamis, 25 September 2014

APA ITU FILSAFAT???
Diperlukan sopan, santun dan tata karma dalam filsafat yaitu mengubah paradigma karena filsafat itu bersifat personal dan olah pikir jadi filsafat itu diri kita sendiri, sehingga kita harus membangun filsafat dan memposisikan diri sesuai dengan ruang dan waktu. Menurut Prof. Dr. Marsigit, MA, “kita dalam belajar filsafat tidak harus memaparkan definisi yang sama melainkan kita bebas mendefinisikan arti filsafat setelah mempunyai pengalaman untuk membangun filsafat kita masing-masing. Dalam mendefinisikan filsafat pada pertemuan pertama dengan pertemuan akhir semester bisa jadi sudah berbeda, jika di diri kita sudah mempunyai definisi  yang berbeda bagaimana bisa mengharapkan definisi yang sama. Kalau menginginkan definisi yang sama itu artinya bentuk formal, apalah arti mempelajari filsafat jika hanya secara formal kalau kita tidak mengerti maknanya dan makna itu kembali ke diri masing-masing”.
Objek filsafat itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada, metode berfilsafat itu intensif dan ekstensif. Intensif itu dalam sedalam-dalamnya bersifat radik sedangkan ekstensif itu luas seluas-luasnya. Karena manusia mempunyai sifat terbatas maka apa yang di anggap dalam ternyata bisa di perdalam lagi oleh orang lain maupun diri kita diwaktu yang akan datang, apa yang di anggap luas ternyata bisa diperluas lagi oleh orang lain tau diri kita di waktu yang akan datang. Sehingga komponen hidup adalah fatal dan vital, fatal itu takdir dan vital itu ikhtiar, takdir itu mengikuti ikhtiar.
Alat untuk berfilsafat adalah dengan menggunkan bahasa analog. Salah satu bahasa analog yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Marsigit, MA adalah elegi. Kelebihan bahasa analog itu menembus ruang dan waktu. Itulah sebenar-benarnya kemampuan hidup kita karena tidak ada satupun yang ada dan yang mungkin ada tidak menembus ruang dan waktu. Jika salah satu unsure ditiadakan tidak akan ada kehidupan, ruang ditiadakan tidak ada kehidupan, waktu ditiadakan tidak ada kehidupan. Contohnya, ikan ditiadakan air maka matilah ikan tersebut walaupun bagi serangga masih bisa hidup.
Bahasa analog itu tidak sekedar kiasan dan lebih tinggi maknanya dari kiasan, misal kita ambil kata cinta. Karena cinta disini bisa menembus ruang dan waktu artinya menembus ruang untuk ruangnya manusia saja ada cinta orang dewasa, ada cinta orang tua, ada cinta pada Tuhan. Jika diekstensikan maka cinta menembus ruang dan waktu menembus ke dunia binatang yaitu ada cinta monyet, cinta harimau, cinta kucing maka secara logika ada cinta tumbuh-tumbuhan, ada cintanya air dan ada cintanya batu-batuan. Cinta dari yang ada dan yang mungkin ada. Manusia akan sulit memahami jika masih terpaku pada suatu dimensi tertentu jadi harus bisa menembus ruang dan waktu. Cinta antara 2 buah batu, kalau di pikir secara logis mana bisa batu mempunyai cinta tetapi dalam hal ini yang mempunyai cinta adalah subjeknya atau yang punya batu. Contoh lainnya, batu yang bertasbih yang bertasbih disini adalah subjeknya. Disinilah jenis bahasa analog.
Untuk memahami bahasa analog kita harus mengerti apa yang di maksud dalam bahasa tersebut karena jika tidak akan mengakibatkan bahasa analog. Karena metode filsafat itu intensif dan ekstensif, untuk itu apakah arti dari yang mungkin ada? Kita ambil contoh kita bertemu dengan teman kita, pada saat bertemu kita belum mengetahui dari mana teman kita tetapi setelah teman kita memberi tahu dari mana dia maka itu adalah suatu contoh dari yang sebelumnya mungkin ada sekarang menjadi ada di pikiran kita. Dengan memahami makna yang mungkin ada kita mampu mensyukuri ciptaan Tuhan. Itulah berfilsafat yaitu melekat pada diri sendiri tergantung kita menyadari atau tidak. Apa yang kita bicarakan selalu menimbulkan yang mungkin ada menjadi ada bagi orang lain. Dengan hal ini kita bisa mengambil kesimpulan tiadalah alasan untuk tidak mensyukuri setiap yang ada dan yang mungkin ada.
Prof. Dr. Marsigit, MA mengemukakan batasan antara pikiran dan hati dapat dilihat pada tingkatan di bawah ini:
Hati/Do'a/Spiritual
Pikiran
Ucapan 
Tulisan
Tindakan
Dari tingkatan terlihat yang paling bawah adalah tindakan, lalu tulisan, ucapan, pikiran dan yang paling atas adalah hati/spiritual. Tiadalah semua tindakanku mampu melaksanakan semua tulisanku yaitu misal pada hari kamis mendapat undangan tetapi di waktu yang sama harus mengajar filsafat maka harus memutuskan dengan cara SMS ketua kalau tidak bisa mengajar di hari ini. Tulisanku tidak mampu menulis semua ucapanku. Ucapanku tidak mampu mengucapkan semua pikiranku. Pikiran itu bersifat multidimensi tetapi ucapanku bersifat seri. Apalagi pikiranku tidak mampu memikirkan semua relung hatiku, contohnya kita tidak bisa menjelaskan apakah itu cinta. Cinta itu tidak bisa diformulasikan dalam bentuk tulisan maupun buku. Tindakanku, ucapanku, tulisanku, ucapan pikiran semua dalam rangka menjelaskan cinta tetapi tidak akan pernah selesai. Pikiran itu akan berhenti jika sudah masuk ke hati jadi batas pikiran ada didalam hati. Selama kita turun di dunia tidak adalah yang bersifat identitas pasti bersifat kontradiksi, kontradiksi itu predikat terluar didalam subjek, predikat itu sifatnya, subjek itu yang mempunyai sifat. Misal handphone itu subjek yang mempunyai sifat hitam, tidak mungkin handphone itu sama dengan hitam. 

Jumat, 12 September 2014

Abstrak Kerjasama dalam problem posing

ABSTRAK

Kegiatan di SMP Negeri 1 Pancur masih berpusat pada guru dan jarang menggunakan metode-metode pembelajaran yang ada. Selain itu guru juga jarang dalam melaksanakan suatu pembelajaran dengan membentuk suatu kelompok, sehingga saat mengerjakan tugas siswa cenderung mengerjakan sendiri-sendiri, sehingga kerjasama siswa dalam belajar matematika kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kerjasama dalam belajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran problem posing dengan kelompok siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 1 Pancur Kabupaten Rembang tahun ajaran 2012/2013.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII G semester II SMP Negeri 1 Pancur Kabupaten Rembang tahun ajaran 2012/2013. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kerjasama siswa dalam belajar matematika dan penggunaan metode pembelajaran problem posing. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, tes diangnostik, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.    
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran problem posing dengan kelompok dapat meningkatkan kerjasama siswa. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang mengalami peningkatan yaitu pada siklus I persentase kerjasama siswa yaitu 47.96% (kriteria cukup) menjadi 60.64% (kriteria tinggi) pada siklus II dan menjadi 80.43% (kriteria tinggi sekali) pada siklus III. Hal ini juga didukung dengan peningkatan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari peningkatan hasil tes diagnostik yaitu pada siklus I 48.39% siswa yang tuntas, siklus II meningkat menjadi 74.19% siswa yang tuntas dan pada siklus III meningkat menjadi 100% siswa yang tuntas. Dari hasil wawancara menunjukkan respon yang positif dari guru dan siswa terhadap metode pembelajaran problem posing.



Kata kunci : Meningkatkan, Kerjasama, Problem Posing